Hari ini, tidak ada angin dan tidak ada hujan, bukan dalam rangka 17 Agustus-an atau peringatan Hari Pahlawan, tapi masih berdekatan dengan hari lahir Pancasila 1 Juni. Saya ingin menuliskan kecintaan saya terhadap Indonesia, dan kebimbangan - kebimbangan serta keluh kesah saya terhadap orang - orang di negeri ini termasuk terhadap diri saya sendiri. Berbicara tentang kecintaan terhadap tanah air pastinya tidak akan jauh dari berbicara tentang 'Nasionalisme' karena dulu sekali waktu saya masih SMA sering muncul soal ulangan yang mempertanyakan istilah dari rasa cinta terhadap tanah air dan saat itu saya menjawab Nasionalisme, karena memang guru saya sering menerangkan demikian, dan ketika muncul soal serupa yang mempertanyakan istilah dari sikap tidak mudah menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negaranya, jawaban saya juga Nasionalisme (hehehehe) karena saat itu saya masih belum memahami perbedaan yang jelas antara Nasionalisme dan Patriotisme. Punya buku juga jarang sekali saya baca, menyebabkan terjadinya kebingungan yang hakiki terhadap dua paham kebangsaan yang hampir selalu disebut berdampingan tersebut. Jadi tulisan ini juga akan berbicara tentang nasionalisme.
Sebelum melanjutkan tulisan, saya ingin menyampaikan hal - hal yang melatarbelakangi saya menulis postingan ini.
Pertama, saya memutuskan menuliskan ini dikarenakan saya sedang sangat ingin menuliskan sesuatu tetapi ketika saya menyalurkan keinginan tersebut untuk menulis skripsi, tiba - tiba ada daya magis di tangan saya yang menyebabkan terjadinya kelambatan pada jari - jari dan akhirnya membuatnya berhenti secara mendadak. Keadaan semacam ini lebih buruk dari stagnansi ekonomi karena saat mengalami stagnansi, pertumbuhan ekonomi masih berlangsung namun berjalan lambat, kurang dari 2-3% per tahun, tapi dalam keadaan saya, kelambatan jemari ini dibarengi oleh kinerja otak yang mengalami depresiasi sehingga membuatnya berhenti mendadak dan akhirnya saya menulis ini
Kedua, kenapa Nasionalisme? Topik ini menjadi pilihan saya untuk di tulis karena saya merasa terenyuh setelah dengan sangat tiba - tiba saya membuka youtube kemudian muncul dalam rekomendasi video saya video yang kurang lebih berjudul " HUT RI 70th - Indonesia Raya Berkumandang di Istora - Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2015". Sebenarnya tidak heran kenapa video itu muncul di rekomendasi video saya, saya ingat karena kemarin malam saya memang menonton video - video pertandingan bulutangkis jadi akhirnya membawa saya ke video tsb. Setelah meng-klik video itu, muncul rekomendasi lain yaitu video lagu - lagu nasional yang membuat jiwa saya tergetar dan sesekali meneteskan air mata. Sedari pagi sampai saat saya menulis ini, saya masih ditemani lagu - lagu nasional ini menyebabkan saya untuk memberi reaksi dengan mulai menulis mengenai sesuatu yang teramat - sangat saya cintai dan sesuatu yang saya khawatirkan terjadi belakangan ini.
Ketiga, Saya merasa banyak orang - orang mulai meragukan dan mempertanyakan rasa cinta saya terhadap Indonesia, banyak yang berpikir saya ini korean freak ( saya suka budaya korea yang memang sedang populer, tetapi saya tidak mengetahui sebanyak itu, sehingga saya bisa disebut korean freak yang seolah - olah sudah tertempel di jidat saya bahwa saya Kpopers garis keras mengetahui segalanya tentang Kpop hahahaha). Terus terang ini menjadi beban bagi saya, karena ketika orang kemudian bertanya tentang drama ini atau itu dan saya memang tidak mengikuti nya atau tentang idol ini atau itu dan saya memang tidak tahu padahal yang mereka kenal saya adalah Kpopers yang pasti mengetahui ini dan itu tentang Kpop, hal itu menjadi beban tersendiri bagi saya. Di samping itu, ketika saya bertemu teman - teman, basa - basinya pasti seputar korea, padahal saya juga tidak tahu apa yang ditanyakan, jadinya mungkin saja saya memberi jawaban yang kurang pas saat itu. Saya berharap setelah mengetahui fakta ini, tidak ada lagi nantinya orang - orang yang menganggap skripsi saya terbengkalai karena menonton K-drama sepanjang hari hahahaha, karena itu semua tidak benar. Saya bahkan tidak menonton DOTS, Goblin, K2, W dll yang merupakan drama populer yang bahkan ditonton oleh mereka yang bukan pecinta drama Korea hehehehe. Sehingga saya harus meluruskan segala bentuk kesalahpahaman yang terjadi sehingga jikalau nanti ada dari teman - teman saya yang membaca tulisan ini dapat bertanya mengenai korea ke orang yang memang lebih paham, tidak lagi ke saya ( kecuali untuk bahasa korea, karena saya memang sempat belajar, jika nantinya memang ada yang bertanya dan kebetulan saya mengerti apa yang ditanyakan tentu saya akan jawab dengan senang hati hahahaha). Jikalau saya mempelajari budaya korea, mendengarkan lagu dan menonton drama Korea, bukan berarti saya tidak cinta tanah air kan? Itu sama saja seperti teman - teman lainnya yang menggemari menonton film barat misalkan, dan juga mendengarkan lagu - lagu Barat.
Nb : Poin ke-tiga adalah curhat colongan saya, mohon diabaikan jika kawan - kawan tidak kuat untuk membacanya hehehehe
Terakhir, adalah kondisi mencekam yang akhir - akhir ini terjadi yang mengusik rasa persatuan dan kesatuan kita sebagai Bangsa Indonesia yang membuat saya merasa perlu untuk melakukan sesuatu. Karena saya tidak pandai berorasi dan tidak bisa menyampaikan pandangan awam saya secara langsung kepada teman - teman saya dan karena saya lelah hanya berdiam diri setelah hati saya tersentuh saat menyaksikan berita di TV dan video - video di youtube dan karena saya memiliki blog yang sudah lama tidak saya jamah, akhirnya saya memutuskan untuk menulis ini.
Sebuah pandangan awam dari seseorang yang bukan siapa - siapa, yang merasa kadar kebaikannya berkurang setelah belajar politik, yang sedang berjuang untuk gelar sarjananya, yang merasa hampa karena mulai jauh dari teman - temannya. yang ada banyak hal dalam pikirannya tapi sedikitpun tidak bisa disampaikannya, yang menghindari untuk mengungkapkan pandangannya agar tidak menyulut konflik dan memutuskan diam saja bagai setitik debu di rak perpustakaan menunggu untuk dihempaskan. Akhirnya sekarang orang ini mulai untuk menuliskan tentang Indonesia tentang Nasionalisme, tulisan yang dangkal tentunya oleh seseorang yang belum benar - benar terpelajar. Itulah mengapa dikatakan pandangan awam karena saya tidak menggunakan teori yang ajeg dalam tulisan saya ini, melainkan hanya menggunakan beberapa istilah serta definisi yang dapat ditemukan di mesin pencari. Sehingga tidak salah jikalau nanti banyak kawan - kawan yang berpikir bahwa tulisan ini tidak ada bedanya dengan obrolan - obrolan warung kopi.
Apa sih yang dimaksud dengan Nasionalisme? kalau seperti pengertian yang dulu saya pelajari dari guru di SMA, rasa cinta terhadap tanah air itulah Nasionalisme. Kemudian, saya berpikir apakah saya ini punya Nasionalisme yang tinggi? Seperti apa saya melakukanya/menunjukkan rasa cinta saya terhadap tanah air saya Indonesia?
Saya teringat dulu sekali, saya selalu begadang untuk menonton pertandingan bulutangkis yang ditayangkan sampai dini hari, salah satu yang tak terlupa adalah final ASIAN GAMES 2010 antara ganda putra INA vs MAS. Itu salah satu final bulutangkis paling mendebarkan yang pernah saya tonton, mungkin alat ukur detak jantung sudah tidak bisa lagi mengukur kecepatan detak jantung saya, bagaimana saya tidak berhenti memanjatkan doa dan berjanji kepada tuhan jika Indonesia bisa menang, saya akan menjadi anak yang baik hati, rajin belajar, berbakti kepada orang tua dan menolong sesama. Dan benar saja dengan perjuangan yang sengit dan skor yang ketat Indonesia berhasil menang diiringi dengan air mata yang ikut berlinang, lagu Indonesia Raya berkumandang, Sang Merah Putih berkibar di tiang tertinggi, tidak ada yang lebih indah dari pada hari - hari seperti itu, hari dimana saya merasa rasa nasionalisme saya tumbuh dan melesat.
Seringkali pula tanpa disadari saya meneteskan air mata ketika saya mendengar lagu - lagu nasional, bangun awal saat 17 Agustus untuk menonton Upacara Kemerdekaan di TV, selalu kagum dengan aksi PASKIBRAKA, merinding melihat aksi - aksi akrobatik TNI AU saat HUT RI atau pasukan katak saat misi penyelaman di laut untuk menyelamatkan korban tenggelam, menjadikan pelajaran sejarah dan PKn sebagai pelajaran favorit saya, (pernah) bercita - cita sebagai Diplomat dengan harapan dapat menjadi representasi Indonesia di luar negeri, sering senyum - senyum sendiri dan bangga membaca postingan GNFI dan merasa sangat kecewa serta sedih jika mendengar hal buruk tentang Indonesia. Hal yang tidak besar ini, seringkali saya anggap sebagai tingginya rasa nasionalisme dalam diri saya. Tapi ini belum bisa disebut demikian. Banyak orang yang melakukan hal - hal luar biasa dan besar bagi Indonesia. Tapi.. saya.., saya hanya bisa mencintai Indonesia dengan sederhana.
Kemudian pertanyaan ke diri sendiri menjadi berkembang, mengapa saat lagu Indonesia Raya dan bendera berkumandang dan Merah Putih berkibar setelah perjuangan yang dilakukan oleh dua pemuda bangsa yang berbeda suku, ras dan agama yang sebelumnya juga melakukan hal yang sama di Olimpiade Beijing 2008 juga di tahun 2016 dilakukan oleh Olimpian kita Tontowi dan Liliyana dua orang beda suku, ras, agama menyanyikan dan mengibarkan bendera Indonesia di Brazil tepat di hari kemerdekaan RI 71, saya ikut tergetar?
Daerah tempat tinggal mereka berbeda dengan saya, suku, ras, agama orang - orang ini berbeda satu sama lain dan berbeda pula dengan saya, mereka juga tidak mengenal saya, tapi mengapa saya rela begadang, mendoakan perjuangan mereka, ikut deg - degan, ikut bahagia ketika mereka menang (padahal duit bonusnya juga ga dibagi ke saya) dan bangga saat mereka di podium, yang paling mengharukan jelas saat lagu Indonesia Raya berkumandang dan Merah Putih ada di tiang tertinggi. Saat itu tidak ada yang lebih membahagiakan dari peristiwa itu, rakyat bersuka cita, orang - orang yang tidak biasa menonton bulutangkis ikut menyelamati. Kenapa? Saya berpikir dan mendapati hal itu karena perjuangan mereka mengatasnamakan Indonesia, mungkin jika mereka berjuang atas nama diri sendiri, atau suku, agama dan ras tertentu pasti dukungan rakyat terhadap mereka jadi tidak utuh karena terafiliasi oleh perbedaan - perbedaan. Mungkin yang mendukung hanya mereka yang suku, ras dan agamanya sama saja, berbeda ketika kita memberikan dukungan sebagai satu - kesatuan Indonesia, mereka berjuang a/n Indonesia, kita memberi dukungan untuk Indonesia tanpa terkotak - kotak.
Seperti dulu ketika Bung Karno & Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Bangsa ini dengan mengatasnamakan Bangsa Indonesia, bisa dibayangkan jika beliau - beliau ini menandatangani proklamasi dengan mengatasnamakan daerah tertentu di Indonesia? bisa jadi saya dan kamu hari ini berbeda negara. Ketika perlawanan terhadap Belanda di zaman penjajahan dulu masih bersifat kedaerahan, tidak bisa kita mengalahkan kolonial, tapi ketika kita bersatu, para pemuda bersatu Jong Sumatra, Jong Celebes, Jong Java, Jong Minahasa dll bersatu pada kongres Sumpah Pemuda itu yang menguatkan Indonesia untuk menghadapi penjajah.
setelah berpuluh - puluh tahun kita merdeka sebagai bangsa Indonesia, saya membaca satu quote dari Bung Karno yang kira - kira berbunyi seperti ini
"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri"
dulu saya kurang sependapat dengan Bung Karno, dengan pemikiran yang dangkal saya menyangsingkan apa yang disampaikan bung Karno ini. Mengusir penjajah lebih sulit kemana - mana lah,secara peralatan penjajah lebih canggih, secara SDM lebih unggul tentu lebih sulit untuk mengusir penjajah. Tapi sekarang,setelah banyak peristiwa yang terjadi belakangan ini, saya jadi memahami pernyataan beliau, karena memang lebih sulit saat melawan bangsa sendiri, lebih sulit melawan saudara sendiri, lebih sulit melawan teman lahir sendiri, kenapa? karena kita punya rasa sayang, kita punya pengalaman pahit dan manis bersama, sebagai bangsa Indonesia memiliki persamaan nasib yang serupa, punya Ayah - Ibu yang sama kalau kita menempatkan diri kita sebagai Indonesia. Sedari masih jadi orok kita tumbuh bersama di tanah yang sama, walaupun bentuk mata, hidung dan warna kulit berbeda,keyakinan yang dianut berbeda padahal nilainya universal, mengajarkan cinta kasih. Ditanamkan nilai - nilai persatuan oleh Ayah - Ibu agar jangan sampai berkonflik satu sama lain.
Bapak - Bapak Pendiri Bangsa memutar otak, memeras keringat, menjelajah mesin waktu, mengintip - intip masa depan, mencipta dan meramu sebuah ideologi yang kuat untuk menyatukan anak - anaknya hidup rukun berdampingan. bertanya - tanya apakah ideologi Indonesia yang nantinya dikenal dengan nama Pancasila bisa menjadi dasar yang melindungi bangsa dari perpecahan. Karena beliau - beliau sudah tahu bahwa Indonesia itu terdiri dari beragam kebudayaan, suku bangsa dan adat istiadat dan agama. Seringkali kita mendengar bahwa keberagaman adalah kekayaan bangsa yang menguatkan Bangsa Indonesia. terus terang saya kurang setuju dengan hal itu, karena negara paling stabil adalah negara yang hanya memiliki satu bahasa, suku, ras, agama seperti Irlandia. Keberagaman ini sebenarnya adalah tantangan yang berat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Itulah mengapa jika banyak dari kita saat ini yang mendengar banyak pujian dan decak kagum dari bangsa luar, mengenai keberhasilan kita dalam bersatu walaupun kita berbeda - beda (Bhineka tunggal Ika) kita patut berbangga, karena untuk menyatukan yang berbeda itu sungguh - sungguh sangat sulit.
Sebagai negara yang beragam tidak heran Indonesia rentan terjadi perpecahan. Diciptakanlah Pancasila sebagai dasar negara, Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Beliau - beliau yang merumusakan hal ini sudah berpikir hingga jauh ke depan, bisa dibayangkan jika kita tidak mengenal bahasa persatuan, kita mungkin akan kesuliatan bersosialisasi satu sama lain, yang ada setiap hari bertengkar karena selalu terjadi kesalahpahaman dengan tetangga yang berbeda. Dikatakan Pancasila jadi ideologi terbaik di dunia (secara prosedural memang iya) tinggal sekarang secara substantif saja, bagaimana kita mengamalkan nilai - nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Supaya kita yang beda - beda ini bisa menjunjung persatuan dan berjuang untuk Indonesia, tidak kembali ke sifat kedaerahan seperti dulu. Karena Jika pernyataan Bung Karno memang benar bahwa perjuangan kita akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri, maka mari kita tidak melawan bangsa sendiri, mari bersatu kembali sebagai Indonesia. Musuh kita bukun bangsa sendiri musuh kita sekarang adalah kemalasan untuk maju, bersatu, bersama - sama berbuat sesuatu demi martabat bangsa dan negara ( waduuhh bahasa saya tinggi sekali, saya tidak bisa menemukan kata- kata yang lebih mahsyur dan permai seperti negeri ini).
Rasa Nasionalisme kebangsaan juga perlu ditingkatkan, dan kita kesampingkan dulu sedikit nasionalisme budaya, agama, suku kita kalau berbicara sebagai Bangsa Indonesia yang bersatu. Coba kita perhatikan, para pelajar Indonesia atau warga negara Indonesia di luar negeri, saat ditanya berasal dari mana jawabannya bilang dari Indonesia, Kalau mereka berkumpul di Jakarta jawabannya menjadi berasal dari provinsi ini dan itu, begitu seterusnya itu juga nasionalisme loh sebenarnya, nasionalisme berdasarkan daerah asal, budaya, agama dll. Tapi kalau sudah menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara dan guna menjunjung persatuan dan sudah memasuki ranah yang lebih luas berhubungan dengan pengaturan kehidupan orang banyak dalam roda pemerintahan misalkan, ada baiknya kita mencontoh cara warga Indonesia di LN yang ikatan kebangsaannya sebagai Indonesia lebih kuat ketika di Luar Negeri (tanpa harus keluar negeri dulu hehehe) di sana tidak lagi yang bilang saya Aceh, saya Bali, saya Papua, saya Jawa dll, Tapi saya Indonesia.
Nasionalisme itu sendiri sebenarnya bisa di bagi - bagi lagi. Secara umum ada 2 dalam arti luas dan sempit. Kalau luas itu artinya rasa cinta tanah air sendiri tanpa merendahkan negara lain, kalau sempit diartikan sebagai rasa cinta tanah air yang tinggi terhadap bangsa sendiri dan merendahkan bangsa lain. Kalian pasti sudah tau mana yang sebaiknya diterapkan kan? Seperti layaknya pernyataan di atas bahwa saat ini musuh kita bukan bangsa kita sendiri, karena negara lain sudah berbicara melampaui ruang dan waktu, sementara kita masih begini - begini aja, terkungkung oleh isu - isu yang seharusnya tidak berlaku lagi dari sejak kita berhasil mengusir penjajah melalui persatuan dulu, Solusi permasalahan juga jadi berkembang. Bicara nasionalisme, wacana sudah beranjak dari sekedar nasionalisme sempit dan luas lagi, sekarang dikenal gagasan nasionalisme unggul dll. Sudah jauh dari sebuah konsep untuk menjawab tantangan masalah dalam negeri yang berkaitan dengan perselisihan antar golongan, tapi sudah melesat untuk menjawab tantangan global, menciptakan generasi abad 21 yang unggul, siap bersaing dan berprestasi demi bangsa dan negara.
Bagi teman - teman yang kiranya masih berpikir belum bisa berbicara banyak demi menjalankan gagasan nasionalisme unggul abad 21, jangan khawatir saya juga belum bisa berbuat apa - apa hehehe, tapi jangan jadikan hal itu alasan mengurungkan niat kita untuk berbuat sesuatu yang baik bagi tanah air karena hal itu bukan berarti kalian tidak memiliki rasa nasionalisme loh. .
Kalau kalian, melewatkan kencan malam minggu kalian demi menonton pertandingan timnas sepakbola di TV dan ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya, kalian itu nasionalis. Kalau kalian setiap tanggal 17 agustus walaupun bukan traveler profesional tapi kalian mendaki gunung untuk megibarkan Sang Merah Putih di puncak dibarengi dengan tindakan mulia untuk tidak membuang sampah di gunung dan ikut menjaga kebersihan di atas puncak, kalian itu nasionalis. Kalau kalian mengikuti Upacara Bendera setiap hari senin dengan disiplin, kalian itu nasionalis. Kalau kalian buka youtube tidak hanya untuk menonton vlog tapi juga menonton film dokumenter tentang kemerdekaan atau hal terkait dan juga terenyuh mendengarkan lagu - lagu nasional, kalian itu nasionalis. Kalau kalian berdoa untuk kemajuan bangsa Indonesia, agar terhindar dari bencana, dari orang- orang berhati buruk, orang - orang yang mengambil keuntungan, merampas uang negara, orang - orang yang ingin menjatuhkan dan merusak persatuan bangsa, itu kalian nasionalis.
Kalau kalian giat belajar, supaya bisa menjadi anak pintar dan menjadi SDM Indonesia yang unggul, itu kalian nasionalis. kalau kalian tidak menyia - nyiakan kesempatan untuk berprestasi mewakili Indonesia, itu kalian nasionalis. Kalau kalian berteman dengan siapa saja tanpa membedakan suku, agama, ras, daerah tempat tinggal dan saling menghormati satu sama lain, itu kalian nasionalis. Kalau kalian mendengar lagu atau menonton film asing tapi kalian tidak meninggalkan untuk mendengarkan lagu dan film dalam negeri, itu kalian nasionalis.
Kalau kalian mempelajari bahasa asing tapi tidak melupakan bahasa Indonesia dan daerah, itu kalian nasionalis. Kalau kalian melakukan perjalanan mengunjungi tempat - tempat hingga sampai ke pelosok Indonesia, dan setelahnya kalian menjadi lebih menghargai perbedaan dan menjadi semakin mencintai Indonesia, Itu kalian nasionalis. Kalau kalian menyayangi Ayah - Ibu kalian dan tanah tempat kalian lahir dan dibesarkan, itu kalian nasionalis. Dan masih banyak contoh kecil lainnya. Asalkan jangan kita jadi yang terdepan untuk merusak persatuan dan kesatuan bangsa yang sudah dengan sangat sulit dirumuskan, dibentuk dan dijunjung ini. Kalian juga nasionalis.
Semoga tulisan dangkal tak berteori ini bisa mencerahkan diri saya sendiri dan kawan - kawan yang tercerahkan setelah membacanya. Selamat mencintai Indonesia.
-With Love-
End Triana Gayatri
Sumber gambar : google.com