Film telah menjadi satu dari beberapa media pembelajaran di era digital. Dalam setiap film ada pesan yang ingin disampaikan dan juga ada nilai yang bisa dipelajari. Di kehidupan sosial seringakali kita melakukan judgement kepada seseorang bahkan ketika belum mengenal orang tersebut dengan baik. Ada dari judgement itu yang memang positif adapula yang negatif. Nah, untuk melatih kebiasaaan kita agar tidak melakukan judgment secara terburu – buru terhadap seseorang ada beberapa film yang wajib kita tonton, bukan hanya karena jalan ceritanya yang menarik tetapi pesan serta nilai – nilai yang tersirat dalam film tersebut juga dapat menjadi pembelajaran bagi kita untuk tidak buru-buru men- judge atau menilai/menghakimi seseorang terutama dengan penilaian yang negatif. Berikut adalah 4 (empat) film yang mengajarimu untuk tidak buru – buru men-Judge
1. Atonement
(2007)
Film yang disutradai oleh Joe Wright berdasarkan novel best-seller milik Ian McEwan dan
dibintangi oleh James McAvoy dan Keira Knightley ini bercerita mengenai akibat
yang harus ditanggung seseorang karena kesalahan informasi yang diberikan orang
lain bahkan ketika orang tersebut tidak tahu dengan baik apa yang sebenarnya terjadi.
Itulah yang dialami oleh Robbie Turner ( James McAvoy) yang harus merasakan
derita kehidupan di penjara selama 4 tahun atas tuduhan pemerkosaan yang tidak
Ia lakukan dan membuatnya harus terpisah dengan gadis yang Ia cintai Cecilia (
Keira Knightley). Tuduhan tersebut datang dari adik Cecilia yaitu Briony Tallis
( Saoirse Ronan). Pemikiran Briony datang dari beberapa kesalahpahaman yang
terjadi seperti saat Briony melihat sang kakak keluar dari kolam dengan basah
kuyup dan Robbie yang memang bekerja di keluarga Cecilia berada tepat di
depannya membuat Briony mengira bahwa Robbie-lah yang menyuruh kakanya seperti
itu untuk melihat lekuk tubuh sang kakak, hingga Briony menganggap bahwa Robbie
adalah “pria mesum”, padahal saat itu Cecilia masuk ke kolam untuk
menyelamatkan sebuah vas bunga. Selanjutnya Briony tanpa sengaja menerima surat
dari Robbie yang sebenarnya ditujukan untuk Cecilia, namun Robbie salah
memberikannya dan malah mengirimkan surat yang berisi kata – kata vulgar yang sebenarnya
ia tulis untuk iseng – isengan saja. Hal ini semakin membuat Briony mencap
Robbie sebagai “pria mesum” . Hingga
pada saat salah satu temanya menjadi korban perkosaan di tengah semak yang
gelap, Ia menjadi yakin bahwa Robbie adalah pelakunya dan memberikan keterangan
yang tidak benar – benar Ia ketahui ini ke polisi.
2. Les Miserable (2012)
Film musikal yang
diadaptasi dari nover berjudul sama karya Victor Hugo ini nampaknya sangat
sesuai dengan quote milik Oscar Wilde yakni “Every
saint has a past, and every sinner has a future”. Berkisah tentang Jean
Valjean (Hugh Jackman) seorang bekas tahanan yang dihukum karena mencuri
sepotong roti untuk putri saudarinya yang akhirnya memperoleh kebebasan
bersyarat namun kemudian lebih memilih untuk hidup dan lahir menjadi orang baru.
Berkat kebaikan hati seorang pastur yang menganggapnya sebagai manusia walau Ia
telah mencuri perkakas – perkakas di gereja berhasil merubah cara pikir dan
sifatnya menjadi orang yang lebih baik. Ia merawat Cossete putri dari pekerja
pabriknya hingga besar dan menyelamatkan nyawa Mauris saat terjadi upaya
revolusi yang dilakukan kelompok pemuda. Ia bahkan menyelamatkan nyawa inspektur
polisi bernama Javert (Rossel Crowe) yang selama ini selalu mencari – carinya
untuk dihukum kembali. Walaupun pernah menjadi narapidana dihukum sebagai budak
selama 19 tahun untuk kesalahan yang kecil, tetapi Jean Valjean tidak pernah
menaruh dendam bahkan Ia selalu membuat kebaikan setelah pembebasanya. Maka itu
kita sebaiknya tidak buru – buru menghakimi orang yang dulunya mungkin memiliki
masa lalu yang buruk karena seperti kisah dalam film ini dan sesuai dengan apa
yang disampaiakan Oscar Wilde bahwa setiap orang suci memiliki masa lalu dan
setiap pendosa memiliki masa depan.
3. Miracle in Cell no.7 (2013)
Film asal Korea Selatan
yang sukses mengaduk – aduk emosi ini bercerita mengenai hukum dan kebahagian
yang terjadi dalam sel penjara. Berkisah mengenai seorang ayah dengan
keterbelakangan mental yang harus mendekam dipenjara karena tuduhan melakukan
pelecehan seksual hingga pembunuhan terhadap anak seorang jenderal polisi.
Padahal apa yang dilakukan oleh ayah ini semata – mata hanya untuk
menyelamatkan putri sang jenderal yang terjatuh karena licinnya jalan ber-es
dan tertimpa balok kayu. Selama di penjara
teman – teman satu selnya membantu Ayah ini untuk bertemu dengan putrinya,
mereka berhasil menyelundupkan si Anak ke dalam sel sehingga Ayah dan anak ini
dapat saling melepas rindu. Film ini banyak menggunakan prinsip – prinsip
hukum, namun menjadi menyedihkan karena terjadinya proses hukum yang tidak tepat sasaran.
Dibantu dengan seorang
polisi yang mengetahui kebenaran kejadian setelah mengenal tersangka lebih
dalam akhirnya mereka mencoba membebaskan Si Ayah dalam persidangan, namun
karena adanya ancaman dari pihak jenderal polisi, maka Si Ayah terpaksa mengaku
dialah yang memperkosa dan membunuh putri sang jenderal yang membuatknya harus
dihukum mati. Hal ini dilakuakannya untuk melindungi sang putri dari ancaman
kematian. Ketika tumbuh dewasa sang putri menjadi jaksa dan berusaha
mengumpulkan semua sahabat ayahnya dulu ketika di dalam penjara untuk
membantunya membersihkan nama baik sang ayah. Film ini menunjukkan seseorang bisa
saja dihakimi karena berada pada waktu dan tempat yang salah, seperti apa yang
terjadi pada si Ayah yang berniat menolong putri sang jenderal dengan melakukan
prinsip – prinsip pertolongan pertama tetapi orang yang menjadi saksi saat itu
menganggap ia telah melakukan pelecehan seksual dan berakhir dengan hukuman
mati yang harus diterimanya.
4. The Danish Girl ( 2015)
Film yang dibintangi
oleh Eddie Redmayne sebagai Einar Wegener dan Lili Elbe serta Alicia Vikander
sebagai Gerda Wegener, menceritakan kisah sepasang suami istri yang berprofesi
sebagai pelukis yang saling mencintai satu sama lain dan awalnya menjalani hidup normal
layaknya pasangan suami istri lain. Sampai akhirnya ketika Gerda meminta sang
suami menjadi model lukisannya dan mengharuskan dia menjadi seorang wanita dan
menggunakan stoking serta memegang
pakaian wanita untuk membantu sang istri menyelesaikan lukisannya dikarenakan
sang model sesungguhnya tidak bisa datang saat itu. Awalnya Einar menolak namun
karena pinta sang istri Ia akhirnya menerima, namun saat Ia melakukannya, Einar
merasakan hal lain. Ia merasa bahwa Ia terlahir kembali dan menemukan dirinya.
Saat mengunjungi pesta Gerda memiliki sebuah ide yang sebenarnya dilakukan
hanya untuk iseng saja, Ia menyuruh Einar untuk datang sebagai Lili Elbe lengkap
dengan gaun dan make up. Hal itu dilakukan karena Gerda tau Einar tidak
menyukai datang ke tempat – tempat seperti itu.
Di pesta seorang pria tertarik
kepada Lili dan Gerda melihat suaminya berciuman dengan pria itu. Sejak saat
itu Gerda menyadari sesuatu yang tidak benar telah terjadi. Ketika Einar
semakin yakin bahwa Lili adalah sisi lain dalam dirinya dan merasa bahwa ia lebih
condong ke sisi Lili, Gerda meminta Einar untuk menghentikan semua ini dan
kembali karena Ia merindukan suaminya. Namun hal itu tidak berhasil karena
Einar lebih memilih untuk terlahir kembali menjadi Lili, hebatnya adalah Gerda
akhirnya bisa menerima keputusan itu walaupun sangat berat karena Ia memahami
bagaimana tersiksanya Einar ketika ia menemukan bahwa ada orang lain dalam
dirinya. Gerda menemani Lili saat menjalani operasi transgender hingga akhir
hayat Lili.
Kisah ini merupakan kisah nyata Lili Elbe yang merupakan orang yang
menjalani operasi transgender pertama di dunia. Apa yang dapat dipelajari dari
film ini adalah, jika kita tidak bisa melihat penderitaan dalam sudut pandang
sesorang tentu kita tidak bisa melakukan penghakiman. Gerda Ia memahami betul
bahwa suaminya memiliki sisi feminin dan memilih untuk menjadi feminin, Ia tahu
betapa tersiksanya sang suami dengan keadaan tersebut hingga akhirnya ikhlas
merelakan suami yang ia cintai untuk lahir kembali sebagai Lili Elbe dan juga
film ini mengajari kita untuk tidak terburu – buru mengadili kaum yang berbeda
dengan kita salah satunya adalah transgender, karena kita tidak pernah tau
bagaimana Ia menanggung kesulitan untuk pilihan hidupnya. Mereka-pun tidak mau
hal itu terjadi pada mereka.
Tentunya masih ada
banyak film yang dapat mengajarkan kita untuk tidak melakukan judgement atau
penilaian/ penghakiman terlalu dini kepada seseorang terutama untuk penilaian
negatif. Keempat film di atas hanya beberapa diantaranya dan merupakan versi
saya. Pastinya kawan – kawan semua mempunyai film versi kalian sendiri.
-With Love-
End Triana Gayatri
- Artikel ini sudah pernah saya post di Blog Mahasiswa Universitas Udayana https://student.unud.ac.id
- Sumber gambar diambil dari http://google.com/