Hi kawan.. Aku kembali ke dunia blog dengan review sebuah film yang ku tonton beberapa hari lalu. Sebelumnya, harus aku sampaikan bahwa aku pribadi memiliki prinsip bahwa untuk film - film karya anak bangsa yang memang layak untuk ditonton, sebisa mungkin akan aku tonton di bioskop (kecuali kalau sedang broke hehehehehe) Kalau film luar, karena aku orang yang menyukai film - film klasik, romance, film - film europe (which is film - film seperti ini jarang di putar di bioskop - bioskop Indonesia) daripada film - film spionage, superhero, robot, balap - balapan dan film yang menggunakan banyak teknologi (baca : laboratorium dan alat - alat yang dipasangankan di human body, yang sering masuk box office di Indonesia) menjadi salah satu alasanku jarang menonton film luar di bioskop, biasanya untuk film seperti itu aku streaming (ini ilegal ga sih? hehehehe) Tapi untuk film Indonesia yang layak dan berkualitas untuk ditonton, seperti aku bilang tadi, sebisa mungkin aku menontonnya di bioskop, ini salah satu bentuk support aku untuk industri per-film-an Indonesia supaya bisa menghasilkan karya - karya yang lebih baik lagi nantinya. Untuk indikator layak disini, mungkin akan aku bahas di kesempatan lain, tapi aku yakin kalian semua pasti bisa mengintepretasikan kata 'layak' dengan pemikiran yang serupa denganku.
Well, sekarang kita mulai ke review-nya ya.. Sebuah film dari Monty Tiwa & Robbert Ronny yang diadaptasi dari novel best seller karya Ika Natassa, Critical Eleven. Berhubung filmnya masih baru di bioskop dan masih akan tayang, aku tidak akan detail sekali dalam review kali ini karena takut jatuhnya akan spoiler.
Critical Eleven diperankan oleh wajah - wajah yang sudah malang melintang di dunia film. Reza Rahadian dan Adinia Wirasti dipertemukan kembali sebagai pemeran utama dalam film ini, setelah sebelumnya mereka juga bermain di film Jakarta Maghrib dan Kapan Kawin?. Mereka berdua berperan sebagai sepasang suami istri yang super romantisssss... (Aku nontonya sampe ngintip - ngintip gitu pakai jari, saking sweetnya hehehehe). Untuk masalah chemistry keduanya dapet sekali feel-nya, mungkin karena sudah pernah bekerjasama di film sebelumnya jadi mereka bisa mudah untuk membawakan peran.
Dari segi akting para pemainnya, terutama Reza (Ale a.k.a Aldebaran Risjad) dan Adinia (Anya a.k.a Tanya Baskoro a.k.a Tanya Risjad) Tidak perlu diragukan lagi, karena akting mereka keren. Kadang aku suka heran sama Reza rahadian, kenapa semua film - film bisa jadi ya di tangan dia? Akting mereka berdua sukses mengaduk emosi aku sebagai penonton dalam artian, sweet dan romantisnya dapet, keselnya dapet, sedihnya dapet dll. Jangan lupa juga akting dari aktor - aktor senior seperti Slamet Rahardjo dan Widyawati sebagai orangtua Ale juga maksimal sekali. Untuk pemeran pendukung lain, walaupun diisi oleh nama - nama yang tidak asing di dunia peran tapi menurut aku pribadi masih kurang greget (susah dijelaskan dengan kata - kata, kurang lebih bisa diartikan ada tidaknya mereka tidak mempengaruhi jalan cerita, mungkin hanya mempermanis saja. hahahahha That's why, we call it cameo, right?) Hamish Daud sebagai Donny awalnya kaku dan akward tapi di bagian akhir dia lucu juga hahahah.
Eh ada satu part yang bikin seisi bioskop tertawa, yaitu waktu kemunculan mas Adi (Dwi Sasono) sebagai dokter kandungan yang membantu proses pengeluaran bayi (lupa istilahnya), padahal dia udah pakai kumis dan wajahnya udah garang banget, tapi image lucu tidak bisa lepas dari dia, hal ini juga terjadi waktu kemunculan dia di Film Kartini, semua penonton pada ketawa ( Eh, ntar aku buat review Kartini juga ya..) dan aku sempat baca comment box di youtube pada banyak yang bilang kalau semua orang ketawa pas mas Adi muncul. ternyata ga cuman di bioskop sini, tapi dimana - mana juga begitu.
Untuk jalan cerita, berhubung film ini diadaptasi dari novelnya mba Ika Natassa yang berjudul sama, jadi ceritanya sama seperti di novel. Mba Ika-nya sendiri pernah bilang kalau dia ga mau ada banyak tambahan - tambahan di versi film. Salah satu yang membedakan film ini dengan novelnya yang sangat kentara sekali adalah hadirnya tokoh Donny (mungkin keberadaan dia untuk mempermanis film, karena si Hamish emang manis sih hahahahah). Aku sempet baca novelnya dan kesan aku agak kurang terhadap novelnya. kebanyakan dari kita, pasti pernah saja kecewa sama film yang diadaptasi dari sebuah buku karena alurnya jauh melenceng atau hasilnya tidak sebaik gambaran pada buku. Aku pribadi sering mengalami itu, tapi tidak untuk film ini. Mungkin ini salah satu film yang bisa aku bilang lebih bagus dari novelnya. Walaupun jalan ceritanya kita sudah tau, tentang laki - laki dan perempuan yang sama - sama mapan yang bertemu di pesawat dan akhirnya menikah, menjalani hidup yang bahagia di New York, memiliki perkerjaan yang baik, kemudian hamil lalu mengalami musibah yang mengharuskan Ia kehilangan bayinya dan mempengaruhi bahtera rumah tangga mereka.Cerita yang mungkin dialami banyak pasangan suami - istri tapi menjadi menarik ketika diperankan oleh Reza dan Asti.
Terus terang ketika di novel, saya kurang bisa mengimajinasikan setiap kalimat yang ditulis Mba Ika, kalimat - kalimat sweet di novel terkesan cheese saat dibaca, tetapi menjadi make sense saat di film. Good joob lah untuk dua pemeran utama film Critical Eleven ini. Dulu juga sempat merasa, novel mba Ika kurang research dan sedikit dipaksakan jalan ceritanya supaya bisa menggunakan 11 menit paling crusial dalam dunia penerbangan sebagai analogi novel tersebut, sempat bertanya - tanya pula apa mungkin hanya dengan satu pernyataan, kalau kamu istirahat pasti tidak keguguran bisa membuat hubungan suami - istri jadi begitu renggang. Tapi begitu di film, mungkin karena terpukau oleh akting para pemeran, walaupun jalan cerita sama dengan di novel, semua jadi make senses dan dapat diterima hahahhaha (mungkin aku diselimuti subyektifitas yang tinggi saat menulis ini, karena suka sama Reza Rahadian hahahaha)
Nah, kawan, selagi filmnya masih tayang di bioskop, ayo buruan di tonton hahahaha, sama - sama kita dukung film Indonesia. Karena kalau sudah tayang di TV Nasional, kemungkinan akan ada banyak adegan romantis yang bikin aku senyum - senyum di bioskop waktu itu yang di cut hehehehhe. Ohya sekali lagi supaya tidak spoiler, review ini tidak detail di jalan cerita ya.. Tapi, overall untuk akting pemeran utama aku beri 5 bintang, akting pemeran pendukung 3 bintang, soundtrack 4 bintang (lagu Isyana bagus, tapi aku lebih suka lagu - lagu western saat Ale menelpon meminta ijin untuk ditempatkan bekerja di indonesia, masih belum nemu sih itu lagu siapa dan apakah itu official soundtrack film ini atau cuman lagu lain yang diputer di scene itu). Untuk cinematography karena sempat ada satu scene (waktu Ale nunjukin view apartment mereka di New York) yang sepertinya kameranya goyang entah itu disengaja untuk menambah kesan art nya atau karena pengarahan kameranya kurang stabil jadi 4 bintang untuk cinematography.
With Love
- End Triana Gayatri-